Tulisan 1
Teori Kepribadian Sehat
Allport,
salah sorang diantara empat putra seorang dokter, lahir di Indiana pada tahun
1887, tetapi dibesarkan di Cleveland dimana ia mendapat pendidikan awal di
sekolah-sekolah negeri. Ia menyelesaikan pelajaran undergraduate-nya
di Universitas Harvard pada saat kakaknya, Floyd, menjadi mahasiswa tingkat
sarjana (graduate) dalam psikologi pada universitas yang sama.
Setelah mendapat gelar sarjana muda pada tahun 1919 dengan mayor ekonomi dan
filsafat, Allport selama satu tahun mengajar sosiologi dan bahasa Inggris
pada Robert College di Istambul. Kemudian ia kembali ke
Harvard dan menyelesaikan Ph.D-nya dalam bidang psikologi pada tahun 1922.
Selama 2 tahun berikutnya ia belajar di Berlin,
Hamburg, dan Cambridge (Inggris).
Pengalaman
yang luas di luar negeri ini berperanan dalam mengembangkan perhatiannya yang
besar terhadap soal-soal internasional dan hal ini nyata sekali dalam
kegiatan-kegiatan Allport selama 30 tahun terakhir. Hal tersebut jugalah yang
menyebabkan Allport selama satu decade atau lebih menjadi salah seorang juru
tafsir utama psikologi Jerman di Amerika. Sekembalinya dari Eropa, ia menerima
jabatan sebagai instruktur pada Department of Social Ethick di
Universits Harvard. Jadi, disini tampaknya terdapat kontinuitas antara
mengajarnya yang pertama di Amerika dengan perhatian Allport yang tetap
terhadap masalah-macalah yang mengandung implikasi social etis. Sesudah dua
tahun, ia menerima jabatan lector psikologi di Darmouth College, tetapi
diundang supaya kembali ke Harvard pada tahun 1930, dimana ia tinggal sampai
kematiannya pada tanggal 9 Oktober 1967, sebulan menjelang ulang tahunnya yag
ke-70. Setahun sebelum kematiannya. Ia diangkat menjadiProfessor Richard
Cabot dalam bidang Etika Sosial yang pertama. Allport adalah salah
seorang diantara tokoh-tokoh utama dalam gerakan internasional yang mendorong
pembentukan Department of Social Relations di Universitas Harvard,
dalam rangka mewujudkan integrasi secara sebagian antara psikologi, sosiaologi,
dan antropologi.
Teori
– Teori Allport
Secara
umum teori Allport memberi definisi yang positif terhadap manusia, teori
Allport itu telah membantu manusia untuk melihat diri sendiri sebagai mahkluk
yang baik dan penuh harapan. Hal tersebut terlihat dari teorinya, yaitu
”gambaran kodrat manusia adalah positif, penuh harapan dan
menyanjung-nyanjung”. Memandang satu pribadi positif dan apa adanya merupakan
salah satu definisi pribadi sehat, inilah kelebihan dan kekuasan dari teori
Allport.
Kepribadian
manusia menurut Allport adalah organisasi yang dinamis dari system
psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik atau
khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kemudian
Allport juga berpendapat bahwa kepribadian yang neurotis dan kepribadian yang
sehat merupakan hal yang mutlak terpisah. Namun dalam hal ini tang menjadi
kelebihan Allport adalah tentang antisipasi, Dalam teori Allport antisipasi
adalah penting untuk menentukan siapa dan apakah kita ini, dalam membentuk
identitas diri kita.
Dalam
teori Allport juga memandang bahwa kesehatan psikologis adalah melihat ke
depan, tidak melihat ke belakang, dapat dikatakan bahwa seluruh teori yang
dikemukakan oleh Allport ini sangat bertentangan dengan teori-teori yang
dikemukakan oleh Freud.
Perkembangan
Proprium
Allport
mengemukakan bahwa semua fungsi diri atau fungsi ego yang telah dijelaskan
disebut dengan fungsi proprium dari kepribadian. Fungsi-fungsi ini termasuk
perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, perluasan diri, rasa keakuan,
pemikiran rasional, gambaran diri, usaha proprium, gaya kognitif dan fungsi
mengenal. Semuanya merupakan bagian yang sebenarnya dan vital dari kepribadian.
Fungsi-fungsi tersebut sama-sama memiliki suatu arti fenomenal dan “ makna
penting”. Fungsi-fungsi itu bersama disebut sebagai proprium. Proprium itu
tidak dibawa sejak lahir, melainkan berkembang karena usia.
Allport
menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan proprium atau ke-diri-sendiri-an
(self hood). Selama 3 tahun pertama, tiga aspek muncul, yakni : rasa diri
jasmaniah, rasa identitas-diri berkesinambungan dan harga-diri atau rasa
bangga. Antara usia 4 sampai 6 tahun, dua aspek lainnya muncul, yakni :
perluasan diri (the extension of self), dan gambaran diri. Suatu waktu antara
usia 6 dan 12 tahun, anak mengembangkan kesadaran-diri sehingga ia dapat
menanggulangi masalah-masalahnya dan akal pikiran. Selama masa remaja, munculah
intensi-intesi, tujuan-tujuan jangka panjang, dan cita-cita yang masih jauh.
Aspek-aspek ini disebut usaha proprium.
Dengan
penjelasan seperti dia atas, Allport ingin menghindari pendapat yang mengundang
pertanyaan dari banyak teoritikus yang menyatakan bahwa diri atau ego itu
serupa manusia mikro(homunculus) atau “manusia yang berada di dalam
dada” yang melakukan tugas mengorganisasikan, memegang kendali dan menjalankan
sistem kepribadian. Ia mengakui pentingnya semua fungsi psikologis yang
bersumber pada diri dan ego, namun ia berusaha keras menghindari teori yang
memandang diri dan ego sebagai pelaku atau penggerak kepribadian. Bagi allport,
diri dan ego dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjukkan fungsi-fungsi
proprium di dalam seluruh bidang kepribadian.
Ciri-Ciri
Kepribadian yang Matang Menurut Allport
Menurut
Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat
yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku
menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas
Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
1.
Ekstensi sense of self
·
Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
·
Kemampuan diri dan minat-minatnya dengan orang lain beserta minat mereka.
·
Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
2.
Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy dan compassion
(pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap
orang)
3.
Penerimaan diri
Kemampuan
untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal
: mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan
proporsional.
4.
Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan
memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam
penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih,
mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku
lain yang merusak.
5.
Objektifikasi diri: insight dan humor
Kemampuan
diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak
sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada
saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
6.
Filsafat Hidup
Ada
latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan
dan arti. Contohnya lewat agama. Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran
tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang
matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia
lakukan.
Struktur
dan Dinamika Kepribadian
Organisasi
dinamis dalam seseorang yang terdiri dari sistem-sistem psikofisis yang
menentukan keunikan penyesuaian dirinya dengan lingkungan. Dua hal yang menjadi
tekanan utama adalah kepribadian merupakan sesuatu yang berkembang dan
unsur-unsurnya saling terkait. Dalam pencarian definisi kepribadiannya Alllport
dengan hati-hati menyadari istilah karakter dan temperamen.
·
Karakter (watak) adalah segi kepribadian yang dinilai. Seseorang sering dinilai
memiliki karakter baik atau buruk.
·
Temperamen adalah disposisi yang erat kaitannya dengan faktor biologis atau
fisik. Dalam hal ini hereditas memainkan peranan penting dan bersama
intelegensi dan fisik membentik kepribadian.
Sifat-sifat
dan Disposisi-disposisi Personal
Sifat
adalah Kecenderenungan untuk berespons dengan cara tertentu ; tendensi
neuropsiki. Sifat bukanlah bentukan konsep abstrak lewat sebuah pengamatan
melainkan kenyataan objektif. Selain itu sifat juga bukanlah sekedar eksistensi
nominal.
Perkembangan
Kepribadian Self
Self
merupakan satu-satunya sepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self dibentuk
melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang
tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten.
Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self
dapat berubah sebagai akibat kematangan biologic dan belajar. Konsep self
menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri cerdas,
menyenangkan, jujur, baik hati dan menarik.
Perkembangan
Kepribadian
Allport
melihat bahwa anak yang baru lahir sebagai seorang ciptaan keturunan, hanya
memiliki dorongan primitif, dan tingkah laku reflek ,tidak memiliki kepribadian
tapi memiliki potensi yang akan terpenuhi atau terbentuk pada saat pertumbahan
dan pematangannya. Dalam Perkembangan Proprium Allport membagi dalam beberapa
tahap sebagai berikut:
1)
0-3 tahun :
Pembanguanan
keadaran diri : sense of bodily self (enak tidak enak),
perasaan identitas diri berkelanjutan kesadaran sebagai subjek yang berkembang.
Dalam hal ini bahasa menjadi faktor yang penting. Harga diri atau kebanggaan
sebagai periode terakhir dimanan\ anak ingin melakukan sesuatu, membuatnya
terwujud, dan mengontrol dunianya.
2)
4-6 tahun:
Perluasan
diri dan gambaran diri. Dalam perluasan diri, perasaan keterhubungan dengan
orang-orang dan hal-hal yang penting dalam lingkungannya. Relasi anak dan
lingkungan tempat dia tumbuh terhubung sangat penting. Muncul perasaan
lingkuangan tersebut adalah bagian dirinya. Gambaran diri; terkait dengan
penanaman-penanaman nilai, tangung jawab moral, intensi, tujuan dan pengetahuan
diri yang akan berperan mencolok dalam kepribbadiannya kelak.
3)
6-12 tahun:
Kesadaran
diri. Pengenalan kemampunan diri mengatasi persoalan-persoalan dengan alasan
dan gagasan karena anak bergerak dari lingkungan keluarga ke masyarakat.
4)
Remaja
Propriate
striving, pembanguanan tujuan dan rencana ke depan:
intensi-intensi, long-range purposes,distant goals.Persoalan utama
berkaitan dengan identitas, ”apakah saya seorang anak atau dewasa?”
5)
Kedewasaan
Menurut
Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat
yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkahlaku menurut
prinsip otonomi fungsional.
Sumber:
Hall,Calvin.
Lindsay,Gardner. Editor: Sugiyono. 1993. Psikologi Kepribadian 3
Teori-Teori Kepribadian dan Behavioristik. Kanisius : Yogyakarta
Lindzey,Gardner
and Hall, Calvin, Introduction to Theories of Personalitry,New
York: John Wiley & Sons, Inc., 1985
Carl Rogers
Carl
Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago.
Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung.
Latar
belakang: Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan
dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis
yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal
sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial,
psikolog klinis dan terapis, ide – ide dan konsep teorinya banyak didapatkan
dalam pengalaman -pengalaman terapeutiknya.
Ide
pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri
sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah – masalah
psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah
perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut
Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi
manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak –
kanak seperti yang diajukan oleh aliran freudian, misalnya toilet trainning,
penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers
lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan
mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan
mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi
sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi
diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan
potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau
dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak – kanak.
Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang.
Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran
aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers
dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada
realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda – beda
tergantung pada pengalaman – pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini
disebut denganfenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai
fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
Konsep
diri menurut Rogers adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang
berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.Konsep diri ini
terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal.
Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers
mengenalkan 2 konsep lagi, yaitu Incongruence dan Congruence. Incongruence
adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual
disertai pertentangan dan kekacauan batin. Sedangkan Congruence
berarti situasi di mana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah
konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Setiap
manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan,
pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for
positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional
positive regard (bersyarat) danunconditional positive regard (tak
bersyarat).
Rogers
menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami
penghargaan positip tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai
karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat
defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
Lima
sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
1. Keterbukaan
pada pengalaman
Orang
yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan
fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan
mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatif.
2. Kehidupan
Eksistensial
Kualitas
dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya
sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan
cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3. Kepercayaan
terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman
akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu
sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar
(timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi
dari suatu situasi dengan sangat baik.
4. Perasaan
Bebas
Orang
yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan –
paksaan atau rintangan – rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan.
Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai
kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak
pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan
dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5. Kreativitas
Keterbukaan
diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan
mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri – ciri bertingkah
laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai
respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Kelemahan
atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata – mata
melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta
perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi
sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang
berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain
itu gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis
terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak
bisa melepaskan subyektivitas dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak
tahu dunia itu secara obyektif.
Rogers
juga mengabaikan aspek – aspek tidak sadar dalam tingkah laku manusia karena ia
lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa
lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatik yang menyebabkan
seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
ERICH FROMM
Sebelum
mengulas tentang teori kepribadian dari Fromm, beberapa pengalaman mempengaruhi
pandangan Fromm, antara lain pada umur 12 tahun ia menyaksikan seorang wanita
cantik dan berbakat, sahabat keluarganya, bunuh diri. Fromm sangat terguncang
karena kejadian itu. Tidak ada seorang yang memahami mengapa wanita tersebut
memilih bunuh diri. Ia juga mengalami sebagai anak dari orangtua yang neurotis.
Ia hidup dalam satu rumah tangga yang penuh ketegangan. Ayahnya seringkali
murung, cemas, dan muram. Ibunya mudah menderita depresi hebat. Tampak bahwa
Fromm tidak dikelilingi pribadi-pribadi yang sehat. Karena itu, masa
kanak-kanaknya merupakan suatu laboratorium yang hidup bagi observasi terhadap
tingkah laku neurotis. Peristiwa ketiga adalah pada umur 14 tahun Fromm melihat
irrasionalitas melanda tanah airnya, Jerman, tepatnya ketika pecah perang dunia
pertama. Dia menyaksikan bahwa orang Jerman terperosok ke dalam suatu fanatisme
sempit dan histeris dan tergila-gila. Teman-teman dan kenalan-kenalannya
terpengaruh. Seorang guru yang sangat ia kagumi menjadi seorang fanatik yang
haus darah. Banyak saudara dan teman-temannya yang meninggal di parit-parit
perlindungan. Ia heran mengapa orang yang baik dan bijaksana tiba-tiba menjadi
gila. Dari pengalaman-pengalaman yang membingungkan ini, Fromm mengembangkan
keinginan untuk memahami kodrat dan sumber tingkah laku irasional. Dia menduga
hal itu adalah pengaruh dari kekuatan sosio-ekonomis, politis, dan historis
secara besar-besaran yang mempengaruhi kodrat kepribadian manusia.
Fromm
sangat dipengaruhi oleh tulisan Karl Marx, terutama oleh karyanya yang
pertama, The Economic and Philosophical Manuscripts yang
ditulis pada tahun 1944. Fromm membandingkan ide-ide Freud dan Marx,
menyelidiki kontradiksi-kontradiksinya dan melakukan percobaan yang sintesis.
Fromm memandang Marx sebagai pemikir yang lebih ulung daripada Freud dan
menggunakan psikoanalisa, terutama untuk mengisi celah-celah pemikiran Marx.
Pada tahun 1959, Fromm menulis analisis yang sangat kritis bahkan polemis
tentang kepribadian Freud dan pengaruhnya, sebaliknya berbeda sekali dengan
kata-kata pujian yang diberikan kepada Marx pada tahun 1961. Meskipun Fromm
deapat disebut sebagai seorang teoritikus kepribadian Marxian, ia sendiri lebih
suka disebut humanis dialetik. Tulisan-tulisan Fromm dipengaruhi oleh
pengetahuannya yang luas tentang sejarah, sosiologi, kesusastraan, dan
filsafat.
Tema
dasar dari dasar semua tulisan Fromm adalah individu yang merasa kesepian dan
terisolir karena ia dipisahkan dari alam dan orang-orang lain. Keadaan isolasi
ini tidak ditemukan dalam semua spesies binatang, itu adalah situasi khas
manusia. Dalam bukunya Escape from Freedom (1941), ia mengembangkan tesis bahwa
manusia menjadi semakin bebas dari abad ke abad, maka mereka juga makin merasa
kesepian (being lonely). Jadi, kebebasan menjadi keadaan yang negatif dari mana
manusia melarikan diri. Dan jawaban dari kebebasan yang pertama adalah semangat
cinta dan kerjasama yang menghasilkan manusia yang mengembangkan masyarakat
yang lebih baik, yang kedua adalah manusia merasa aman dengan tunduk pada
penguasa yang kemudian dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat.
Dalam
buku-buku Fromm berikutnya (1947, 1955, 1964), dikatakan bahwa setiap
masyarakat yang telah diciptakan manusia, entah itu berupa feodalisme,
kapitalisme, fasisme, sosialisme, dan komunisme, semuanya menunjukkan usaha
manusia untuk memecahkan kontradiksi dasar manusia. Kontradiksi yang dimaksud
adalah seorang pribadi merupakan bagian tetapi sekaligus terpisah dari alam,
merupakan binatang sekaligus manusia. Sebagai binatang, orang memiliki
kebutuhan-kebutuhan fisik tertentu yang harus dipuaskan. Sebagai manusia, orang
memiliki kesadaran diri, pikiran dan daya khayal. Pengalaman-pengalaman khas
manusia meliputi perasaan lemah lembut, cinta, perasaan kasihan, sikap-sikap
perhatian, tanggung jawab, identitas, intergritas, bisa terluka, transendensi,
dan kebebasan, nilai-nilai serta norma-norma. Kemudian teori Erich Fromm
mengenai watak masyarakat mengakui asumsi transmisi kebudayaan dalam hal membentuk
kepribadian tipikal atau kepribadian kolektif. Namun Fromm juga mencoba
menjelaskan fungsi-fungsi sosio-historik dari tipe kepribadian tersebut yang
menghubungkan kebudayaan tipikal dari suatu kebudayaan obyektif yang dihadapi
suatu masyarakat. Untuk merumuskan hubungan tersebut secara efektif, suatu
masyarakat perlu menerjemahkannya ke dalam unsur-unsur watak (traits) dari
individu anggotanya agar mereka bersedia melaksanakan apa yang harus dilakukan.
Fromm
membagi sistem struktur masyarakat menjadi tiga bagian berdasar karakter
sosialnya:
1.
Sistem A, yaitu masyarakat-masyarakat pecinta kehidupan. Karakter sosial
masyarakat ini penuh cita-cita, menjaga kelangsungan dan perkembangan kehidupan
dalam segala bentuknya. Dalam sistem masyarakat seperti ini, kedestruktifan dan
kekejaman sangat jarang terjadi, tidak didapati hukuman fisik yang merusak.
Upaya kerja sama dalam struktur sosial masyarakat seperti ini banyak dijumpai.
2.
Sistem B, yaitu masyarakat non-destruktif-agresif. Masyarakat ini memiliki
unsur dasar tidak destruktif, meski bukan hal yang utama, masyarakat ini
memandang keagresifam dan kedestruktifan adalah hal biasa. Persaingan, hierarki
merupakan hal yang lazim ditemui. Masyarakat ini tidak memiliki
kelemah-lembutan, dan saling percaya.
3.
Sistem C, yaitu masyarakat destruktif. Karakter sosialnya adalah destruktif,
agresif, kebrutalan, dendam, pengkhianatan dan penuh dengan permusuhan.
Biasanya pada masyarakat seperti ini sangat sering terhadi persaingan,
mengutamakan kekayaan, yang jika bukan dalam bentuk materi berupa mengunggulkan
simbol.
Fromm
juga menyebutkan dan menjelaskan lima tipe karakter sosial yang ditemukan dalam
masyarakat dewasa ini, yakni:
1.
Tipe Reseptif (mengharapkan dukungan dari pihak luar)
2.
Tipe Eksploitasi (memaksa orang lain untuk mengikuti keinginannya)
3.
Tipe Penimbunan (suka mengumpulkan dan menimbun barang suatu materi)
4.
Tipe Pemasaran (suka menawarkan dan menjual barang)
5.
Tipe Produktif (karakter yang kreatif dan selalu berusaha untuk menggunakan
barang-barang untuk suatu kemajuan)
6.
Tipe Nekrofilus-biofilus (nekrofilus orang yang tertarik dengan kematian,
biofilus:orang yang mencintai kehidupan)
Fromm
juga memngemukakan bahwa bila masyarakat berubah secara mendasar, sebagaimana
terjadi ketika feodalisme berubah menjadi kapitalisme atau ketika sistem pabrik
menggeser tenaga tukang, perubahan semacam itu akan mengakibatkan
perubahan-perubahan dalam karakter sosial manusia. Persoalan hubungan seseorang
dengan masyarakat merupakan keprihatinan besar Fromm. Menurut Fromm ada
validitas proposisi-proposisi berikut:
1)
Manusia mempunyai kodrat esensial bawaan,
2)
Masyarakat diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kodrat esensial ini,
3)
Tidak satu pun bentuk masyarakat yang pernah diciptakan berhasil memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasar eksistensi manusia, dan
4)
Eksistensi manusia adalah mungkin menciptakan masyarakat semacam itu.
Kemudian
Fromm mengemukakan tentang masyarakat yang seharusnya yaitu dimana manusia
berhubungan satu sama lain dengan penuh cinta, dimana ia berakar dalam
ikatan-ikatan persaudaraan dan solidaritas, suatu masyarakat yang memberinya
kemungkinan untuk mengatasi kodratnya dengan menciptakannya bukan dengan
membinasakannya, dimana setiap orang mencapai pengertian tentang diri dengan
mengalami dirinya sebagai subjek dari kemampuan-kemampuannya bukan dengan
konformitas, dimana terdapat suatu sistem orientasi dan devosi tanpa orang
perlu mengubah kenyataan dan memuja berhala. Bahkan Fromm mebgusulkan suatu
nama untuk masyarakat yang sempurna tersebut yaitu Sosialisme Komunitarian
Humanistik. Dalam masyarakat semacam itu, setiap orang akan memiliki kesempatan
yang sama untuk menjadi mansiawi sepenuhnya.
Sumber:
Hall,
Calvin dan dkk. 1993. Teori-Teori Psikodinamik (Klinis).Yogyakarta:
Kanisius
Suryabarata,
Sumadi.2007.Psikologi Kepribadian.Jakarta: Raja Grafindo
Abraham Maslow
Abraham
Maslow dilahirkan di Brooklyn, New York, pada 1908 dan wafat pada 1970 dalam
usia 62 tahun. Maslow dibesarkan dalam keluarga yahudi dan merupakan anak
tertua dari tujuh bersaudara. Masa muda Maslow berjalan dengan tidak
menyenangkan karena hubungan yang buruk dengan kedua orang tuanya. Semasa
anak-anak dan remaja Maslow merasa dirinya amat menderita dengan perlakuan
orangtuanya, terutama ibunya.
Keluarga
Maslow amat berharap ia dapat meraih sukses melalui dunia pendidikan. Untuk
menyenangkan kemauan ayahnya, Maslow sempat belajar di bidang hukum tapi gagal.
Ia akhirnya mengambil bidang studi psikologi di University of Wisconsin, dan
memperoleh gelar bachelor pada 1930, master pada 1931, dan PhD pada 1934.
Karya
Maslow
Abraham
Maslow dikenal sebagai pelopor aliran psikologi humanistik. Humanistik adalah
aliran dalam psikologi yang muncul tahun 1950-an sebagai reaksi terhadap
behaviorisme dan psikoanalisis. Aliran ini secara eksplisit memberikan
perhatian pada dimensi manusia dari psikologi dan konteks manusia dalam
pengembangan teori psikologis. Permasalah ini dirangkum dalam lima postulat
Psikologi Humanistik dari James Bugental (1964), sebagai berikut:
1.
Manusia tidak bisa direduksi menjadi komponen-komponen.
2.
Manusia memiliki konteks yang unik di dalam dirinya.
3.
Kesadaran manusia menyertakan kesadaran akan diri dalam konteks orang lain.
4.
Manusia mempunyai pilihan-pilihan dan tanggung jawab.
5.
Manusia bersifat intensional, mereka mencari makna, nilai, dan memiliki
kreativitas.
Pendekatan
humanistik ini mempunyai akar pada pemikiran eksistensialisme dengan
tokoh-tokohnya seperti Kierkegaard, Nietzsche, Heidegger, dan Sartre.
Maslow
percaya bahwa manusia tergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa
mungkin. Teorinya yang sangat terkenal sampai dengan hari ini adalah teori
tentang Hierarchy of Needs (Hirarki Kebutuhan). Menurut Maslow, manusia
termotivasi untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Kebutuhan-kebutuhan
tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah
(bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri).
Adapun hirarki kebutuhan tersebut adalah sebagai berikut :
1.
Kebutuhan fisiologis/ dasar
2.
Kebutuhan akan rasa aman dan tentram
3.
Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
4.
Kebutuhan untuk dihargai
5.
Kebutuhan untuk aktualisasi diri
Kritik
terhadap teori piramida kebutuhan
Tapi ada sebuah loncatan
pada piramida kebutuhan Maslow yang paling tinggi, yaitu kebutuhan mencapai
aktualisasi diri. Kebutuhan itu sama sekali berbeda dengan keempat kebutuhan
lainnya, yang secara logika mudah dimengerti. Seakan-akan ada missing link
antara piramida ke-4 dengan puncak piramida. Seolah-olah terjadi lompatan
logika
Sumber: